Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional 2025: Menginspirasi Generasi Unggul dalam Pendidikan Akuntansi

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan dikenal sebagai pelopor pendidikan yang menentang sistem kolonial yang diskriminatif. Ia mendirikan Taman Siswa pada 3 Juli 1922, lembaga pendidikan yang membuka akses bagi semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial. Filosofi pendidikannya, “Ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,” menjadi pedoman pendidikan nasional hingga kini.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional bukan hanya mengenang jasa Ki Hajar Dewantara, tetapi juga mengingatkan pentingnya pendidikan berkualitas dalam mencetak generasi unggul. Bagi mahasiswa program studi pendidikan akuntansi, semangat ini relevan untuk mendorong pengembangan kompetensi akademik dan profesional yang berintegritas.
Relevansi Sejarah dan Makna Hari Pendidikan Nasional bagi Pendidikan Akuntansi
Mahasiswa pendidikan akuntansi dapat mengambil inspirasi dari perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk terus meningkatkan kualitas diri dan berkontribusi dalam dunia pendidikan dan ekonomi. Pemahaman sejarah pendidikan nasional membantu mahasiswa menyadari pentingnya peran mereka dalam pembangunan bangsa melalui keahlian akuntansi.
Selain itu, nilai-nilai pendidikan inklusif dan bermutu mendorong mahasiswa untuk aktif mengembangkan inovasi dalam pengelolaan keuangan dan sistem akuntansi yang transparan dan akuntabel. Hal ini penting untuk mendukung kemajuan pendidikan dan ekonomi nasional secara berkelanjutan.